Jumat, 01 Mei 2009

EFISIENSI BBM


MINYAK BUMI

1. KOMPOSISI MINYAK BUMI

Minyak Bumi merupakan campuran dari berbagai senyawa. Penyusun utama minyak bumi berupa hidrokarbon, terutama alkana, sikloalkana, dan senyawa aromatis. Lihat pada Tabel

Jenis Senyawa Jumlah ( Presentase ) Contoh
Senyawa Hidrokarbon 9 – 99% Alkana, Sikloalkana, Aromatis
Senyawa Karbon mengandung Belerang 0,1 – 7% Tioalkana, Alkanatiol
Senyawa Karbon mengandung Nitrogen 0,01 – 0,9% Pirol ( C4H5N )
Senyawa Karbon mengandung Oksigen 0,01 – 0,4% Asam Karboksilat (RCOOH)
Senyawa Organo Logam Sangat kecil Senyawa Logam Nikel

2. PROSES PEMBENTUKAN MINYAK BUMI

Salah satu teori pembentukan Minyak Bumi adalah Dupleks. Mnurut Teori ini, Minyak Bumi terbentuk dari jasad renik yang berasal dari Hewan atau Tumbuhan yang telah mati. Jasad renik tersebut terbawa air sungai bersama lumpur dan mengendap di dasar laut. Akibat pengaruh waktu yang mencapai ribuan bahkan jutaan tahun, suhu tinggi, dan tekanan oleh lapisan di atasnya, jasad renik berubah menjadi bintik – bintik dan gelembung minyak atau gas. 

Lumpur yang bercampur dengan jasad renik tersebut kemudian berubah menjadi batuan sedimen yang berpori, sementara bintik minyak dan gas yang terbentuk dari plankton bergerak merembas ke tempat yang bertekanan rendah dan terakumulasi pada daerah perangkap ( trap ) yang merupakan batuan kedap.

Pada daerah perangkap tersebut gas alam, minyak, dan air terakumulasi sebagai deposit minyak bumi. Rongga bagian atas merupakan gas alam kemudian cairan minyak mengambang di atas deposit air. Minyak Bumi terbentuk melalui proses yang sangat lama, sehingga minyak bumi di kelompokkan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Oleh sebab itu, penggunaan minyak bumi harus tepat guna dan hemat.

Sumber ( deposit ) minyak bumi di Indonesia umumnya terdapat di daerah pantai atau lepas pantai, yaitu pantai utara jawa, daerah Sumatra bag utara dan timur. Minyak dari daerah pengeboran umumnya diangkut dan diolah di tempat – tempat peninggalan minyak atau diekspor langsung sebagai minyak mentah. Tempat peninggalan minyak di Indonesia diantara lainbPAngkalan Brandan dengan kapasitas olah 5000 barel/hari, Plaju dan Sungai Gerong ( 132.500 barel/hari ), Dumai dan Sungai Pekning ( 170.000 barel/hari ), Cilacap ( 300.000 barel/hari ), Balongan Cirebon.


3. PENGOLAHAN MINYAK BUMI

Agar Minyak bumi yang mentah dapat digunakan maka harus dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu.

a. Pengolahan Tahap Pertama

Pada Proses ini dilakukan dengan proses distilasi bertingkat yaitu proses distalasi berulang ulang, sehingga didapatkan berbagai macam hasil berdasarkan perbedaan titik didihnya.

1. Fraksi Pertama : Merupakan gas yang pada akhirnya dicairkan kembali dan dikenal dengan nama elpiji. Fraksi ini digunakan untuk bahan bakar kompor gas atau mobil dengan BBG atau diolah menjadi bahan kimia lainnya.
2. Fraksi Kedua : Nafta atau Gas Bumi tidak dapat langsung digunakan, tapi diolah pada tahap kedua untuk dijadikan bensin ( premium ) atau bahan petrokimia yang lain. Nafta sering disebut juga bensin berat.
3. Fraksi Ketiga : Dibuat menjadi kerosin atau Minyak Tanah dan Avtur.
4. Fraksi Keempat : Sering disebut solar yang digunakan sebagai bahan bakar diesel.
5. Fraksi Kelima : Disebut juga residu yang berisi hidrokarbon rantai panjang dan dapat diolah lebih lanjut pada tahap kedua menjadi senyawa karbon lainnya dan sisanya sebagai aspal dan lilin.

b. Pengelolahan Tahap Kedua

Pada tahap kedua, dilakukan berbagai proses, sperti berikut :

1. Perngkahan ( Cracking ) : Pada proses perengkahan dilakukan perubahan struktur kimia senyawa hidrokarbon, yang meliputi : pemecahan rantai, alkilasi ( penambahan alkil ), polimerisasi ( penggabungan rantai karbon ), reformasi ( perubahan struktur ), dan isomerisasi ( perubahan isomer ).
2. Proses Ekstraksi : Pembersihan produk dengan menggunakan pelarut , sehingga diperoleh hasil lebih banyak dengan mutu yang lebih baik.
3. Proses Kristalisasi : Proses pemisahan produk – produk melalui perbedaan titik cairnya. Misalnya dari pemurnian solar melalui proses pendinginan, penekanan, dan penyaringan akan di peroleh produk sampingan lilin.
4. Proses Pembersihan dari Kontaminasi ( Treating ) : Pada Proses pengolahan tahap pertama dan tahap kedua sering terjadi kontaminasi ( pengotoran ), kotoran – kotoran ini harus dibersihkan dengan cara menambahkan soda kaustik ( NaOH ) tanah liat atau proses hidrogenasi.

Hasil proses tahap ke 2 dapat dikelompokkan berdasarkan titik didih dan jumlah atom karbon pembentuk rantai karbonnya.



Kegunaan Minyak Bumi berdasarkan Titik Didih dan Jumlah Atom Karbon


Titik Didih Jumlah Atom Karbon Penggunaan
< 20o C C1 – C4 Bahan Bakar Gas, Elpiji
20 – 60o C C5 – C6 Petroleum eter
60 – 100o C C6 – C7 Ligrolin atau Nafta
40 – 200o C C5 – C10 Bensin
175 – 325o C C12 – C18 Minyak Tanah, Avtur
250 – 400o C C12 ke atas Solar, Minyak Diesel
Zat Cair C20 Ke atas Oli, Pelumas
Zat Padat C20 Ke atas Lilin Parafin, Aspal ter


Mutu Bensin dan Dampak Pembakaran Bahan Bakar